Pria
memang bisa terus menghasilkan sperma sampai usia tua. Tapi tidak
dengan mimpi basah karena dalam kondisi tertentu mimpi erotis ini bisa
berhenti. Kapan pria berhenti mimpi basah?
Secara teori, mimpi basah atau mimpi erotis yang diakhiri dengan ejakulasi dialami pria sebagai penanda datangnya masa puber. Mimpi basah menandakan bahwa fungsi sistem reproduksi pria untuk menghasilkan sel sperma sudah berjalan.
Tiap periode tertentu, sperma akan mengalami pematangan lalu dikeluarkan secara alamiah melalui mimpi basah.
Sperma juga bisa keluar sebelum waktunya jika pria melakukan
aktivitas seksual yang diakhiri dengan orgasme misalnya masturbasi dan
intercourse (senggama).
Oleh karena itu, frekuensi mimpi basah akan berkurang cukup signifikan
jika seorang pria mulai aktif secara seksual. Semakin sering pria
bersenggama atau melakukan masturbasi, mimpi basah akan semakin jarang
terjadi bahkan bisa berhenti sama sekali jika sperma selalu
dikeluarkan dengan paksa.
Dr David Delvin, pakar kesehatan reproduksi di Inggris mengatakan
sebagian besar pria paling sering mengalami mimpi basah pada usia
belasan hingga 30-an tahun. Makin tua akan makin jarang mengalaminya,
meski beberapa pria bisa rutin mimpi basah hingga usia 70-an tahun.
Karena produksi sperma tidak pernah dibatasi oleh usia, pada dasarnya
seorang pria yang sehat bisa mengalami mimpi basah di usia berapapun
hingga ajal menjemputnya. Hanya saja pada usia tertentu, pria akan
menikah dan secara seksual menjadi lebih aktif sehingga dengan
sendirinya frekuensi mimpi basah akan berkurang.
Aktivitas seksual tidak hanya meningkat pada pria menikah, pria bujang
sekalipun umumnya melakukan masturbasi sehingga jarang atau tidak
pernah mimpi basah. Bahkan menurut penelitian hanya 13 persen pria yang mengalami ejakulasi pertama lewat mimpi basah, sisanya sudah mengenal masturbasi sebelum mendapatkan mimpi basah.
Sebagian pria terganggu oleh mimpi basah
Meski berupa mimpi erotis, faktanya tidak semua pria benar-benar
menikmati pengalaman mimpi basah. Setidaknya, beberapa pria akan
mengeluh saat bangun tidur dan mendapati bercak sperma di mana-mana
termasuk celana dan kasurnya.
"Tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghentikan mimpi basah kecuali
meningkatkan aktivitas seks. Jika bercak sperma dirasa mengganggu,
gunakan celana pendek dan siapkan tissue atau handuk kecil di tempat tidur," ungkap Dr Delvin seperti dikutip dari Netdoctor, Selasa (11/1/2011).
Alasan lain yang membuat pria merasa risih saat mengalami mimpi basah
adalah takut memimpikan hal-hal yang dianggap tabu. Misalnya pria yang
hidup dalam tekanan norma tertentu menjadi takut mimpi basah karena
selalu memimpikan hubungan seks dengan sesama jenis atau dengan
kerabat sendiri (incest).
Untuk jenis gangguan seperti ini, Dr Delvin menyarankan untuk
mengonsultasikannya dengan psikiater. Berbagai terapi termasuk hipnosis
bisa dilakukan untuk mengungkap masalah kejiwaa
Perjalanan Hidup
Senin, 08 Desember 2014
Tentang Mimpi Basah
Mimpi Basah
Mimpi basah atau emisi nokturnal (bahasa Inggris: nocturnal orgasm) adalah pengeluaran cairan semen di saat tidur yang hanya dialami oleh laki-laki. Mimpi basah sering dialami oleh remaja laki-laki yang sebagai menjadi tanda bahwa ia telah memasuki masa pubertas. Hal ini bisa dipicu mimpi yang erotis maupun tidak, tergantung dari yang mengalami mimpi itu sendiri (khususnya bila ia seorang pria dewasa). Pengeluaran ini dapat terjadi tanpa disertai ereksi atau ejakulasi. Semakin bertambahnya umur maka mimpi basah ini semakin jarang dialami.
Mimpi basah tergantung dari respons fisik orang yang mengalami mimpi tadi. Peristiwa ini adalah mekanisme yang alami akibat vesikula seminalis (kantong sperma) telah penuh dengan sperma yang dihasilkan oleh testis. Akibatnya kantong sperma yang telah penuh tidak bisa menampung lagi, dan akhirnya dikeluarkan melalui penis pada saat seorang laki laki mengalami mimpi basah
Mimpi Basah Pada Perempuan
Ternyata perempuan juga mengalami mimpi basah, namun perempuan lebih
sulit dan langka mengalami mimpi basah. Pada umumnya, perempuan
mengalami mimpi basah setelah bermimpi melakukan sanggama,
setelah bersanggama dengan pasangannya, atau mengkhayal bersanggama
dengan pria idamannya. Fenomena ini angat jarang terjadi pada perempuan
jika dibandingkan dengan laki-laki. Itu disebabkan karena alat kelamin laki-laki berada di luar sehingga lebih besar peluang saat tidur bergesekan dengan benda luar seperti bantal, selimut, atau tangan sendiri. Gesekan tersebut menjadi rangsangan erotis dan diterjemahkan ke dalam mimpi basah. Dikarenakan vagina
berada di dalam, maka sangat sulit tergesek dengan bantal atau selimut.
Namun yang lebih mudah tergesek dengan bantal atau selimut adalah payudara. Di saat perempuan tidak mengenakan beha saat tidur, dapat berpeluang lebih besar untuk mengalami mimpi basah.
Senin, 06 Oktober 2014
League of Legends Vs Dota 2, Review Game MOBA Paling Kontroversial
“LoL dong… Gampang dimainin.”
“DotA 2 lah. Lebih seru.”
Kurang lebih seperti itulah pembicaraan yang sering didengar rekan Ulaskom di dunia maya. Tapi, sebenarnya siapakah diantara dua game ber-genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang terbaik?
Berikut Kutipannya dari : lukasliexitel3.blogspot.com
1. Aksesibilitas
Kesimpulan dari pendapat kebanyakan orang adalah: LoL lebih mudah dimainkan daripada DotA 2. Di LoL, apabila champion mati, champion tidak kehilangan banyak emas dan bahkan jika Anda di-”own” dua atau tiga kali selama laning phase Anda masih tidak akan jauh tertinggal. Jika Anda terbunuh atau terpaksa ke markas Anda dua atau tiga kali selama laning phase di DotA, Anda akan tertinggal beberapa level dan gold dan itu akan sangat sulit bagi Anda untuk kembali mengontrol permainan . Juga LoL memiliki tutorial yang bagus dalam segala hal, bahkan video tutorial untuk setiap skill dll. Itulah yang membuatnya menjadi jauh lebih mudah dimainkan.
2. Kesulitan
Kesulitan kedua permainan tergantung pada keterampilan lawan Anda. DotA 2 sedikit lebih sulit untuk dikendalikan, tapi itu adalah masalah aksesibilitas, bukan masalah kesulitan.
3. Desain Karakter
Kami tak bertujuan untuk mengukur artistik desain pahlawan, karena itu masalah preferensi pribadi. Kami menyukai keduanya. Kami suka tampilan bergaya komik yang berwarna-warni dan bernuansa liar LoL seperti halnya kami suka warna gelap dan nuansa fairy tale pada DotA 2. Kami ingin lebih fokus pada pengembangan karakter , variabilitas , dll
3.1 Keragaman Karakter
Di sinilah kelebihan DotA 2. Meskipun memiliki karakter yang lebih sedikit dari LoL, DotA 2 benar-benar memberi Anda lebih banyak pilihan. Setiap hero dalam DotA 2 sangat spesifik dalam hal tertentu dan kelemahan pada hal lainnya dan masing-masing hero memiliki gaya bermain yang sangat unik. LoL juga bagus, tapi banyak dari champion LoL merasa sedikit lebih generik (hampir sama) dibandingkan dengan spesialisasi karakter dari hero DotA 2 (bedasarkan dari skill dan gameplay) .
3.2 Pengembangan Karakter (melalui level dan item)
Pada keduanya, karakter memperoleh kekuatan melalui level dan item. Level maksimal champions di LoL adalah 18 dan level maksimal hero di DotA 2 adalah 25. Setelah level maksimal tercapai, kedua permainan tersebut memiliki karakter yang telah sepenuhnya dikembangkan. Maksimal level sedikit lebih tinggi pada DotA 2 dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai permainan. Itu adalah alasan mengapa banyak pemain DotA 2 merasa seperti mereka berhenti “tumbuh” justru ketika mereka mulai menjadi sedikit lebih “di depan” dari musuh-musuh mereka. LoL kurang “menghukum” jika Anda tertinggal beberapa level di belakang, karena Anda akan menyamakan lawan Anda lebih cepat.
Dalam hal item, perbedaannya lebih besar. Hampir mustahil untuk memaksimalkan item di DotA 2 (contoh ketika Anda memiliki banyak gold dan tidak tahu apa yang harus dibeli untuk membuat item Anda lebih baik), sedangkan di LoL hal ini cukup umum.
Adalah hal yang sulit apablia keseluruhan power cap yang lebih rendah dari karakter dalam LoL adalah hal yang buruk. Hal ini memungkinkan untuk beberapa serangan balik bagus dari sebuah tim yang ceroboh pada awal permainan . Di sisi lain, setelah Sven Anda pada level 22 dengan BKB dan Satanic di inventory dan musuh stuck di level 18 berjuang untuk mengumpulkan core item mereka di DotA , Anda merasa seperti boss-nya.
4. Skill
Kedua permainan yang sangat didasarkan pada penggunaan skill karakter. Beberapa skill yang sangat mirip (seperti ulti Amumus atau Urgots vs ulti Treants dan Vengeful Spirits). Kami tidak akan berdebat tentang siapa yang menjiplak. Itu sia-sia dan meskipun semua skill pertama kali digunakan di DotA , beberapa dari mereka dirancang oleh Guinsoo yang kemudian digunakan lagi di LoL .
Adalah fakta bahwa skill secara keseluruhan lebih banyak di DotA 2. Kebutuhan mana yang banyak, jangkauan yang lebih panjang, damage yang lebih besar, efek stun dan silence yang lebih lama, dll. Selain itu ada skill seperti perma invisibility, stun 5 detik, dll. Oleh karena itu penggunaannya tidak boleh sembarang. Butuh waktu agak untuk mengisi mana kecuali jika Anda membeli beberapa item regen mana atau kembali ke markas Anda.
Di sisi lain, lebih memuaskan untuk melakukan kill di DotA 2, karena tidak hanya lebih penting ( kill membuat banyak perbedaan dalam DotA 2 daripada di LoL ) , tetapi juga dilengkapi dengan gempuran yang luar biasa.
5. Peta
Sekilas kedua peta terlihat dasarnya sama (kata pemain LoL yang bermain DotA 2), tetapi jika dilihat lebih teliti, ternyata ada banyak perbedaan.
Pertama-tama, jalur atas adalah sangat berbeda dari jalur bawah di DotA 2. Masing-masing pihak memiliki satu jalur, yang memungkinkan menarik creeps ke neutral camp (memperoleh lebih banyak XP dengan membunuh neutral creeps) , tetapi juga lebih mudah untuk melakukan gank di jalur ini (untuk hero ganker) .
Yang kami suka dari peta LoL adalah neutral camp berisi berbagai bonus. Waktu respawn dari kamp-kamp sangat dinamis dan sangat krusial untuk permainan. DotA pada dasarnya hanya memiliki Roshan dan tidak terlalu krusial saat dia respawn.
Ada juga beberapa perbedaan lain antara peta seperti rumput tinggi vs dataran tinggi yang menghalangi, dll , tetapi itu tidak menjadi masalah menurut kami.
Yang juga layak untuk dibahas adalah fakta bahwa LoL memiliki peta 3v3 Twisted Treeline yang bisa dimainkan oleh dua pemain.
6. Kesimpulan
Kedua game sama-sama bagus dengan caranya masing-masing
LoL lebih mudah dimainkan, sementara DotA 2 lebih menantang, tetapi juga lebih menguntungkan. LoL lebih mudah untuk dipelajari, sedangkan DotA 2 membutuhkan pengalaman yang lebih dalam dan kompleks.
Jika Anda hanya ingin bersenang-senang dan bersantai di permainan bergenre MOBA ini, mainkanlah LoL, Anda akan mendapatkan banyak kesenangan. Jika Anda memiliki kelompok berisi 5 orang dengan pola pikir yang sama, maka permainan akan lebih menyenangkan!
Jika Anda ingin permainan yang membutuhkan usaha untuk dikuasai dan jika Anda memiliki 4 teman-teman yang dapat diandalkan untuk membuat sebuah tim serta jika Anda ingin dihargai atas kerja keras Anda dengan kepuasan yang nyata dan kemenangan yang pantas, mainkanlah DotA 2. Game ini akan membawa Anda pada sebuah perjalanan melewati neraka, melawan tim terbaik dengan skill pengendalian yang tidak dapat diremehkan. Kesalahan kecil pada DotA 2 bisa berakibat fatal pada hero dan seluruh tim. Rasa puas akan sangat terasa apabila kalian berhasil menembus pertahanan lawan dan menghancurkan markas mereka.
“DotA 2 lah. Lebih seru.”
Kurang lebih seperti itulah pembicaraan yang sering didengar rekan Ulaskom di dunia maya. Tapi, sebenarnya siapakah diantara dua game ber-genre MOBA (Multiplayer Online Battle Arena) yang terbaik?
Berikut Kutipannya dari : lukasliexitel3.blogspot.com
1. Aksesibilitas
Kesimpulan dari pendapat kebanyakan orang adalah: LoL lebih mudah dimainkan daripada DotA 2. Di LoL, apabila champion mati, champion tidak kehilangan banyak emas dan bahkan jika Anda di-”own” dua atau tiga kali selama laning phase Anda masih tidak akan jauh tertinggal. Jika Anda terbunuh atau terpaksa ke markas Anda dua atau tiga kali selama laning phase di DotA, Anda akan tertinggal beberapa level dan gold dan itu akan sangat sulit bagi Anda untuk kembali mengontrol permainan . Juga LoL memiliki tutorial yang bagus dalam segala hal, bahkan video tutorial untuk setiap skill dll. Itulah yang membuatnya menjadi jauh lebih mudah dimainkan.
2. Kesulitan
Kesulitan kedua permainan tergantung pada keterampilan lawan Anda. DotA 2 sedikit lebih sulit untuk dikendalikan, tapi itu adalah masalah aksesibilitas, bukan masalah kesulitan.
3. Desain Karakter
Kami tak bertujuan untuk mengukur artistik desain pahlawan, karena itu masalah preferensi pribadi. Kami menyukai keduanya. Kami suka tampilan bergaya komik yang berwarna-warni dan bernuansa liar LoL seperti halnya kami suka warna gelap dan nuansa fairy tale pada DotA 2. Kami ingin lebih fokus pada pengembangan karakter , variabilitas , dll
3.1 Keragaman Karakter
Di sinilah kelebihan DotA 2. Meskipun memiliki karakter yang lebih sedikit dari LoL, DotA 2 benar-benar memberi Anda lebih banyak pilihan. Setiap hero dalam DotA 2 sangat spesifik dalam hal tertentu dan kelemahan pada hal lainnya dan masing-masing hero memiliki gaya bermain yang sangat unik. LoL juga bagus, tapi banyak dari champion LoL merasa sedikit lebih generik (hampir sama) dibandingkan dengan spesialisasi karakter dari hero DotA 2 (bedasarkan dari skill dan gameplay) .
3.2 Pengembangan Karakter (melalui level dan item)
Pada keduanya, karakter memperoleh kekuatan melalui level dan item. Level maksimal champions di LoL adalah 18 dan level maksimal hero di DotA 2 adalah 25. Setelah level maksimal tercapai, kedua permainan tersebut memiliki karakter yang telah sepenuhnya dikembangkan. Maksimal level sedikit lebih tinggi pada DotA 2 dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menguasai permainan. Itu adalah alasan mengapa banyak pemain DotA 2 merasa seperti mereka berhenti “tumbuh” justru ketika mereka mulai menjadi sedikit lebih “di depan” dari musuh-musuh mereka. LoL kurang “menghukum” jika Anda tertinggal beberapa level di belakang, karena Anda akan menyamakan lawan Anda lebih cepat.
Dalam hal item, perbedaannya lebih besar. Hampir mustahil untuk memaksimalkan item di DotA 2 (contoh ketika Anda memiliki banyak gold dan tidak tahu apa yang harus dibeli untuk membuat item Anda lebih baik), sedangkan di LoL hal ini cukup umum.
Adalah hal yang sulit apablia keseluruhan power cap yang lebih rendah dari karakter dalam LoL adalah hal yang buruk. Hal ini memungkinkan untuk beberapa serangan balik bagus dari sebuah tim yang ceroboh pada awal permainan . Di sisi lain, setelah Sven Anda pada level 22 dengan BKB dan Satanic di inventory dan musuh stuck di level 18 berjuang untuk mengumpulkan core item mereka di DotA , Anda merasa seperti boss-nya.
4. Skill
Kedua permainan yang sangat didasarkan pada penggunaan skill karakter. Beberapa skill yang sangat mirip (seperti ulti Amumus atau Urgots vs ulti Treants dan Vengeful Spirits). Kami tidak akan berdebat tentang siapa yang menjiplak. Itu sia-sia dan meskipun semua skill pertama kali digunakan di DotA , beberapa dari mereka dirancang oleh Guinsoo yang kemudian digunakan lagi di LoL .
Adalah fakta bahwa skill secara keseluruhan lebih banyak di DotA 2. Kebutuhan mana yang banyak, jangkauan yang lebih panjang, damage yang lebih besar, efek stun dan silence yang lebih lama, dll. Selain itu ada skill seperti perma invisibility, stun 5 detik, dll. Oleh karena itu penggunaannya tidak boleh sembarang. Butuh waktu agak untuk mengisi mana kecuali jika Anda membeli beberapa item regen mana atau kembali ke markas Anda.
Di sisi lain, lebih memuaskan untuk melakukan kill di DotA 2, karena tidak hanya lebih penting ( kill membuat banyak perbedaan dalam DotA 2 daripada di LoL ) , tetapi juga dilengkapi dengan gempuran yang luar biasa.
5. Peta
Sekilas kedua peta terlihat dasarnya sama (kata pemain LoL yang bermain DotA 2), tetapi jika dilihat lebih teliti, ternyata ada banyak perbedaan.
Pertama-tama, jalur atas adalah sangat berbeda dari jalur bawah di DotA 2. Masing-masing pihak memiliki satu jalur, yang memungkinkan menarik creeps ke neutral camp (memperoleh lebih banyak XP dengan membunuh neutral creeps) , tetapi juga lebih mudah untuk melakukan gank di jalur ini (untuk hero ganker) .
Yang kami suka dari peta LoL adalah neutral camp berisi berbagai bonus. Waktu respawn dari kamp-kamp sangat dinamis dan sangat krusial untuk permainan. DotA pada dasarnya hanya memiliki Roshan dan tidak terlalu krusial saat dia respawn.
Ada juga beberapa perbedaan lain antara peta seperti rumput tinggi vs dataran tinggi yang menghalangi, dll , tetapi itu tidak menjadi masalah menurut kami.
Yang juga layak untuk dibahas adalah fakta bahwa LoL memiliki peta 3v3 Twisted Treeline yang bisa dimainkan oleh dua pemain.
6. Kesimpulan
Kedua game sama-sama bagus dengan caranya masing-masing
LoL lebih mudah dimainkan, sementara DotA 2 lebih menantang, tetapi juga lebih menguntungkan. LoL lebih mudah untuk dipelajari, sedangkan DotA 2 membutuhkan pengalaman yang lebih dalam dan kompleks.
Jika Anda hanya ingin bersenang-senang dan bersantai di permainan bergenre MOBA ini, mainkanlah LoL, Anda akan mendapatkan banyak kesenangan. Jika Anda memiliki kelompok berisi 5 orang dengan pola pikir yang sama, maka permainan akan lebih menyenangkan!
Jika Anda ingin permainan yang membutuhkan usaha untuk dikuasai dan jika Anda memiliki 4 teman-teman yang dapat diandalkan untuk membuat sebuah tim serta jika Anda ingin dihargai atas kerja keras Anda dengan kepuasan yang nyata dan kemenangan yang pantas, mainkanlah DotA 2. Game ini akan membawa Anda pada sebuah perjalanan melewati neraka, melawan tim terbaik dengan skill pengendalian yang tidak dapat diremehkan. Kesalahan kecil pada DotA 2 bisa berakibat fatal pada hero dan seluruh tim. Rasa puas akan sangat terasa apabila kalian berhasil menembus pertahanan lawan dan menghancurkan markas mereka.
Perbedaan Dota 1 Dan Dota 2
Apa sih enaknya "DOTA 2" ? begitulah perkataan player dota 1 yang belum
pernah ngerasain bermain DOTA 2. Begitu juga sebaliknya , apa sih
enaknya DotA 1 , tapi kadang player DOTA 2 meremehkan game DotA 1 karena
banyak fitur yang tidak tersedia di dalam DotA 1 , atau karena
komunitas playernya (server) cupu - cupu , banyak bacot, bocah dll, well
gw akui itu tapi bukan berarti player DOTA 2 gak ada yg noob (cupu),
trash talk (bacot), dan bocah. Menurut gw kalau di DOTA 2 sekalinya
ketemu player dengan kriteria salah satu di atas malah lebih parah dari
pada DotA 1. Oke cukup intronya gw langsung bahas kelebihan dan
kekurangan masing-masing game tersebut aja yaa :D
Kelebihan DotA 1 :
- Kalo mau maen cepet tinggal cari room atau kalau punya bot tinggal tunggu full trus brangkat.
- bisa Switch kalau pemain ada yg ga berimbang bisa switch dengan perstujuan smua player di dalam game.
- Ping tergolong rendah karena server berada di dalam Negeri.
- sudah tersedia di banyak WARNET !!!
- Heronya sudah banyaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk!
Kekurangan DotA 1 :
- Di sebagian server harus membeli ID untuk bermain!
- Kalau tidak ada map nya di kompi harus download dulu,
- Bacot nya itu loh
- Di sebagian game sistem role blm terlalu di terapkan. contoh: hero support kayak lion di jadiin killer.
- Untuk player baru bakal bingung hero nya ada di mana kalau lagi war 5v
Kelebihan DOTA 2 :
- Grafis lebih bagus dan jelas (walau pun banyak player DotA 1 yg ngeluh mapnya terlalu gelap tp ini sudah fix)
- Ada fitur Hotkey !!! warkey no repot
- Ada fitur Voice Chat ! bisa teriak kalo ada temen yg di gank (atau ke genk)
- Banyak Kosmetik Item nya (maksudnya disini kyk baju hero ato senjata hero jadi bisa di rubah2 , ga itu2 aja oh iya ini juga bisa jadi sumber duit loh !)
- Server nya di urus oleh 1 perusahaan (jadi mau maen di mana aja pun tetep bisa ketemu asal ada di daftar teman )
- Turnament nya banyak yg online dan hadiahnya gede!!! ( ini nih yg gw demen bisa terkenal jg lagi )
- dll.
Kekurangan DOTA 2 :
- Heronya ga sebanyak DotA 1
- Server bukan di indo, server terdekat singapore (ping 80-130ms buat gw tp itu ping aman kok kalo di atas 150ms baru ngelag)
- Updatenya yg sering dan besar besar ukuran filenya
- Belum kebanyakan warnet menginstall game ini karena butuh spek yg lumayan.
- Suka ada bug ga jelas buat connect ke server ( kadang2 ga bisa connect kayak servermaintenance, yg parahnya mereka ga ngasih pemberitahuan jadi bingung para player)
- Event di Asia Tenggara masih kurang
- dll.
Nah udah gw kasih tau itu kekurangan dan kelebihan masing-masing game
tp ga smuanya cuma yg gw rasain aja, kalo ada yg mau nambahin silahkan.
oke lanjut ke perbedaan antara DotA 1 & DOTA 2 ya.
Dota 1 Items
- Gambar Item Yang Berubah
Dota 2 Items
Minggu, 05 Oktober 2014
10 Tipe Gamer DOTA 2
Dota 2 menurut gue, game yang membuat gue lebih dewasa dari sebelumnya, gue emang anak gamer dari kecil, kelas 5 sd pernah bolos ke sekolah buat main warnet. tapi gue jarang bersifat kayak player - player di bawah ini.
10. Last Hero Pick
Terlepas dari fakta bahwa ia seringkali menggabungkan gamer yang asing satu sama lain di dalam satu match yang sama, DOTA 2 (atau mungkin game MOBA) sebenarnya memiliki satu norma “tidak tertulis”, dimana Anda harus cukup beradaptasi dengan hero gamer lainnya untuk memastikan kombinasi yang tepat atau sekedar mengisi peran yang masih belum cukup. Kekesalan ekstra seringkali dihasilkan dari game-gamer yang seolah tidak mengerti konsep yang satu ini, apalagi ketika mereka menjadi picker untuk hero terakhir dalam tim. Sebagai contoh? Mereka tetap bersikukuh untuk menggunakan hero bertipe Carry ketika empat hero lainnya sudah diposisikan sebagai Carry dan lebih membutuhkan support. Atau tidak? Ketika ia masih menggunakan hero melee ketika empat lainnya melee. Lebih buruknya? Sang last picker ini memilih Random. What the..
9. Voice Chat Abuser
Dukungan voice chat untuk membantu gamer mengkoordinasikan gerakan dan serangan tentu saja menjadi tambahan fitur yang luar biasa di DOTA 2. Namun alih-alih menjalankan fungsi ini dengan semestinya, ada banyak gamer yang justru membuatnya tidak berbeda dengan layanan VoIP. Lebih buruknya? Ketika mereka mulai bertukar bahasa asing yang tidak dapat Anda mengerti, dalam volume yang keras, dan tidak memiliki signifikansi apapun dalam pertempuran yang Anda jalani. Mengkombinasikannya dengan kata-kata makian? Mimpi buruk tersendiri.
8. Solo Player
Berbagi tugas, uang, dan experience memang menjadi salah satu kendala di DOTA 2. Gamer yang sudah mengetahui perannya dengan sangat baik akan menjalankan tugas utama dalam tim dengan baik pula. Namun tidak jarang, banyak gamer DOTA 2 yang seringkali lupa bahwa sebuah game MOBA adalah game yang memang didesain untuk menjadikan pertempuran tim sebagai hal yang paling esensial. Pertempuran 5 lawan 5, lewat serangkaian kombinasi skill dan serangan akan menentukan siapa yang berada di atas angin dan yang berpotensi kalah. Namun sayangnya, Anda akan bertemu dengan banyak gamer yang memainkan DOTA 2 seperti sebuah game single-player di konsol. Bermain di line sendiri, mengejar experience dan gold sendiri, tidak pernah sekalipun bergabung dalam pertempuran tim ketika bertahan atau menyerang, dan justru terbunuh ketika berusaha melawan tim musuh beranggotakan 5 orang sendirian benar-benar mengesalkan.
7. Character Tester
Seperti halnya ketertarikan para penduduk di kota besar ketika sebuah mall resmi dibuka dan banjir pengunjung di minggu-minggu pertama, fenomena yang satu ini juga terjadi di DOTA 2 setiap kali sebuah patch terbaru membawa satu atau dua karakter baru ke dalam arena. Anda akan secara konsisten bertemu dengan hero-hero baru ini di dalam setiap match yang Anda temui. Masalahnya? Tidak jarang Anda akan menemukan gamer yang memainkan semua hero ini dengan modal penasaran dan nekat tanpa skill sama sekali. Hasilnya? Mereka berubah menjadi feeder dan tidak bisa memainkan hero-hero baru ini dengan standar skill yang mungkin berkontribusi signifikan dalam pertarungan. Cukup untuk membuat Anda geleng-geleng kepala dan bahkan mengumpat kecil.
6. Mid or FEED !
Ini mungkin salah satu slogan paling “menyeramkan” yang sering dilontarkan oleh gamer yang seolah tidak bisa bermain di line lain selain mid line, yang memang identik dengan hero-hero yang memang diantisipasi untuk membantu line lain ketika sudah mencapai level tertentu. “Mid or feed” seolah tidak memberikan Anda alternatif apapun selain menyetujui hal tersebut. Permasalahan muncul ketika skill sang gamer ternyata tidak seoptimal yang dibayangkan ketika berada di mid lane, dan justru berpotensi membuat hero mid lawan jauh lebih kaya dan agresif. Mid or feed seolah menjadi ungkapan bagi para gamer DOTA 2 dengan skill pas-pasan yang memang tidak bisa beradaptasi dengan beragam skenario yang ada. Menyedihkan.
5. Support Carry
Kontradiksi, ini mungkin menjadi kata yang tepat untuk menggambarkan situasi yang satu ini. Sebagian besar karakter support yang ditawarkan DOTA 2 memang menawarkan burst damage mematikan yang efektif di level-level awal. Para hero carry tidak akan berkutik melawan hero-hero ini. Namun memaksakan sebuah hero support, terutama yang bertipe intelligent untuk menjadi carry hingga akhir permainan bukanlah ide bagus, apalagi ketika tim Anda membutuhkan hero support. Dan Anda akan seringkali bertemu dengan gamer yang memaksakan peran seperti ini. Terlambat menyelesaikan game dan carry musuh mulai membangun item anti-magic atau disable mereka, tipe “carry” seperti ini akan semakin tidak relevan seiring dengan jalannya permainan.
4.Gila Memimpin
Dunia ini seperti ini tidak pernah kehabisan orang-orang lunatic yang gila memegang kontrol untuk sebuah mekanik permainan yang sebenarnya sulit diprediksi. Tidak jarang Anda tiba-tiba akan bertemu dengan teman satu tim yang tiba-tiba memosisikan dirinya sendiri sebagai pemimpin. Tidak hanya sekedar meminta anggota tim lain untuk bergerak sesuai perintahnya, ia juga bahkan meminta masing-masing gamer untuk membangun kombinasi item tertentu yang menurutnya paling efektif. Bukankah kehadiran gamer seperti ini baik? Jika ia memang cakap memimpin, ini akan menjadi ekstra point. Namun sebagian besar gamer dengan tipe ini justru terlihat sebaliknya. Marah ketika tidak dituruti, ngambek tanpa alasan, dan tidak ingin memikul tanggung jawab ketika item yang ia sarankan ternyata tidak berperan besar dalam pertempuran. Apalagi jika skill pribadinya sendiri tidak pantas untuk disebut sebagai seorang pemimpin.
3. AFK Tanpa Alasan
Tidak ada handicap yang jauh lebih besar bagi satu tim DOTA 2 selain menemukan bahwa mereka harus bertempur dalam sebuah tim yang tidak lengkap. Disconnect dengan sistem pause memang menjadi pemandangan yang umum dan seringkali ditanggapi dengan fair oleh dua buah tim yang bertikai. Namun kasus AFK hampir tidak memiliki solusi yang pasti. Tidak jarang Anda akan bertemu dengan anggota tim yang secara tiba-tibat tidak aktif dan hanya terdiam di fountain tanpa melakukan hal apapun. Tidak menginformasikan apapun kepada tim, mereka yang AFK begitu saja benar-benar menjadi benalu mengesalkan. Aksi seperti ini tidak hanya merusak permainan anggota tim yang sama, tetapi juga tim lawan yang mengharapkan perlawanan yang menegangkan. Lame..
2. Noob! Noob ! Uninstall Dota 2
Mengumpat, berbicara kasar, dan flaming memang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari pengalaman menikmati sebuah game MMO apapun. Seperti menjadi ritual standar, kata-kata menyakitkan yang terlontar ini memang didesain untuk menyalurkan semua emosi yang mungkin muncul dari pertandingan yang berjalan di luar yang kita inginkan. Salah satu tipikal ucapan pemain DOTA 2 adalah “Noob!”, untuk mengkerdilkan status pemain lain sebagai seorang gamer yang baru pertama kali mencicipi DOTA 2. Ucapan ini seringkali dilontarkan berulang kali, menciptakan atmosfer permainan yang sangat tidak sehat. Parahnya lagi? Justru para gamer yang menjadi biang kerok kekalahan lah yang lebih sering melontarkan ucapan seperti ini. Membuat orang lain menjadi kambing hitam atas kekalahan? Sangat menyedihkan.
1. 10 Menit = GGWP (Good Game Well Played)
Dan penghargaan untuk tipe gamer DOTA 2 paling menyebalkan jatuh kepada…..semua gamer DOTA 2 yang sama sekali tidak memiliki mental berjuang. Untuk Anda yang belum familiar, GGWP adalah singkatan dari “Good Game, Well Played” yang seringkali diucapkan untuk memberi selamat bagi tim lawan, sekaligus menjadi ritual yang menandakan berakhirnya pertandingan. Sebuah game DOTA 2 bisa berjalan selama 40-60 menit dimana klimaks pertempuran terjadi, dimana alur pertandingan bisa saja berubah dinamis selama periode waktu ini, apalagi jika carry dari kedua tim berhasil mengumpulkan item-item yang memang mumpuni. Namun Anda akan sangat sering bertemu dengan gamer yang sudah menyerah dan angkat tangan sembari meneriakkan “GGWP” di menit-menit awal permainan. Alasannya? Hanya karena tim Anda kalah tiga atau empat point dari jumlah kill musuh. Teriakan seperti ini menjadi salah satu pengendor semangat paling efektif. Alasan Anda bertarung habis-habisan seolah nihil ketika anggota tim Anda sendiri sudah mengangkat bendera putih bahkan sebelum klimaks. Parahnya lagi? Mereka tidak segan-segan AFK hanya karena ketertinggalan kecil ini. What a douchebag..
Walaupun tidak dapat digeneralisasi untuk game-game MOBA lainnya, namun misi utama DOTA 2 untuk menciptakan sebuah atmosfer permainan yang sehat dan bersahabat untuk para pendatang baru masih sangat jauh dari kata efektif dan sempurna. Tidak hanya dari Valve, kedewasaan para gamer yang menaungi komunitas terbesar di Steam ini juga pantas untuk dipertanyakan. Tidak sedikit aksi mereka yang justru mencederai semangat DOTA 2 sebagai game yang memang menitikberatkan pada pertempuran tim dan kerjasama. Ada begitu banyak momen yang akan membuat mulut Anda sulit untuk tidak mengumpat, hingga butuh waktu tersendiri untuk menenangkan diri. Artikel ini juga bisa dilihat sebagai curahan hati kami yang sudah menghabiskan ribuan jam di game yang satu ini.
Bagaimana dengan Anda sendiri, gamer yang seringkali menghabiskan waktu di DOTA 2? Tipe gamer DOTA 2 seperti apa yang mengesalkan untuk Anda sendiri? Feel free to comment and expand the list!
Langganan:
Postingan (Atom)